Veda, bukan sekedar dongeng

Kemasyuran kitab suci Veda dan suplemen pendukungnya seperti Purana dan Itihasa tersebar di seluruh pelosok dunia. Hampir setiap ahli phylosofi mengakui bahwa kitab suci Veda sebagai karya sastra yang mempunyai nilai sastra yang sangat tinggi. Selain nilai sastra yang sangat tinggi, Veda juga mengandung ajaran ajaran yang mulia serta kekuatan rohani yang mampu menganugrahkan kekuatan spiritual kepada orang yang mempelajarinya berdasarkan garis perguruan yang dibenarkan. Seperti yang diuraikan di dalam Bhagavad Gita, evam parampara praptam, ajaran rohani ini hendaknya diterima melalui Parampara atau garis perguruan yang dibenarkan. Dengan meninjau keagungan kitab suci Veda ini, kita bisa menyimpulkan bahwa penulis atau penyusun kitab ini mesti bukan orang sembarangan. Bahkan jika seseorang menulis sebuah novel biasa, yang hanya terdiri dari ribuan lembar, orang tersebut sudah dianggap orang yang jenius di kalangan masyarakat umum sekarang ini, terus apa lagi menulis ribuan sloka yang diikat oleh berbagai aturan dan peraturan chanda seperti anustup dll yang tercantum di dalam kitab Veda, orang tersebut pasti mempunyai kecerdasan yang melampaui kecerdasan orang biasa. Continue reading

Mengganti Badan

Jati diri kita yang sejati adalah sang roh, bukanlah badan. Roh bersifat tidak berubah-ubah dan abadi tidak akan berubah bila badan berubah, tidak akan musnah apabila badan ini musnah. Sang roh bersemayam di dalam badan, dan menjadi penguasa badan, tetap sama walaupun badan tumbuh dan berkembang, dan berpindah ke badan lain jika badan itu musnah.
Sri Krishna menjelaskan tentang reinkarnasi di bagian awal Bhagavad-gita  (2.13):
dehino ‘smin yatha dehe
kaumaram yauvanam jara
tatha dehantara-praptir
dhiras tatra na muhyati
”Seperti halnya sang roh yang terkurung dalam badan terus menerus mengalami perpindahan, dari masa anak-anak ke usia muda, dan dari usia muda ke usia tua, begitu juga sang roh berpindah ke tubuh lain saat sang badan mengalami kematian.” Kita semua pernah memiliki badan sebagai seorang bayi, dan sekarang memiliki badan sebagai seorang yang masih muda. Kedua badan ini sangatlah berbeda. keduanya sama sekali tidak sama, dan segala kandungan kimia yang terkandung didalamnya telah berubah secara total. Tetapi bagaimanapun juga Ibu kita tetap mengenal kita sebagai orang yang sama.
Saat kita berusia tigapuluhan atau empatpuluhan, sekali lagi badan kita akan terlihat berbeda, tapi kita tetaplah orang yang sama. Jadi, “Apakah yang tetap sama itu?” itu adalah diri kita yang sebenarnya, sang roh yang bersifat spiritual. Dengan cara ini kita dapat menyelidiki reinkarnasi dalam suatu batas tertentu dalam kehidupan yang sekarang ini. Saat seorang meninggal, kita umumnya mengatakan, “Dia telah pergi,” walaupun dia sedang berbaring disamping kita. Mengapa kita berkata dia sudah pergi? Siapakah yang pergi? Kemana dia pergi? tubuhnya masih ada disana sedang berbaring, tapi kita seharusnya sudah mengerti bahwa sang roh-lah yang telah pergi. Orang yang kita pikir kita kenal tidaklah pernah sama dengan tubuhnya. Bahkan sesungguhnya, tidak ada seorangpun yang pernah melihat personalitas(sang diri/atma) yang sebenarnya.

Menuju Damai Sejati

Upacara agni-hotra merupakan suatu bentuk persembahan khusus kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hampir semua upacara samskara (rangkaian upacara yang harus dijalani seseorang sebagai upaya peningkatan kualitas rohani) yang digariskan dalam Veda mulai dari yang terkait kehamilan (bayi di dalam kandungan), kelahiran, pemberian nama kepada bayi, pemberian biji pertama kepada bayi, dan seterusnya sampai upacara saat seseorang meninggal dunia, diiringi dengan adanya korban suci api atau agni-hotra ini.
Continue reading